Obyek Wisata Kaliurang
Museum
pertama yang coba saya akan review adalah Museum Gunung Merapi. Adalah Mbah
Maridjan, seorang figur yang cukup dikenal di daerah Merapi, tak hanya di
daerah tersebut, mungkin se-Indonesia tahu siapa itu Mbah Maridjan. Mitosnya Mbah
Maridjan dipercaya sebagai figur yang dapat berkomunikasi dengan “Penunggu”
Gunung Merapi. Wah magis banget ya kelihatannya hehehe. Ok, kita fokus lagi ke
Museum Gunung Merapi (MGM) ya. Satu hal yang membuat saya secara pribadi
terkesima pada Museum Gunung Merapi (MGM) ialah gaya arsitekturnya yang sangat
indah, yang merepresentasikan beberapa bangunan di Jogja, beberapa diantaranya
ialah Monumen Tugu dan Candi Ratu Boko. Representasi Monumen Tugu Jogja dapat
kita lihat pada bagian atas (atap) gedung, lalu pada pelataran MGM dapat kita
jumpai representasi dari bangunan Candi Ratu Boko, hal ini membuat saya kagum
dengan gaya arsitek bangunan ini, walaupun secara visual terlihat sangat
modern, namun bangunan ini tetap menunjukan ke-Jogjaannya.
Gambar 1 : MGM tampak depan
Dokumentasi pribadi
Berbicara
keindahan, nampaknya tak hanya dimiliki oleh bagian luar museum ini saja. Namun
hal itu dapat kita jumpai pula saat
masuk ke dalam museum, didukung dengan ac
yang sejuk dan guide yang ramah
kami mencoba menjelajahi museum yang terdiri dari 2 lantai. Pada awal masuk museum di lantai 1 kita akan
disuguhkan dengan miniatur Gunung Merapi yang telah dibuat untuk meragakan
pergerakan lahar panas pada saat terjadi letusan di tahun 90-an, 2006, &
2010. Untuk teman – teman yang baru pertama kali berkunjung ke tempat ini tidak
perlu khawatir untuk memulai dari mana dahulu akan mulai menjelajahi museum
semisalnya tidak dapat menemui guide,
karena saya pikir di museum ini cukup baik dalam hal penunjuk arah, jika kita
melihat gambar di bawah ini terdapat display
gambar seorang bapak yang tengah menunjukan ke arah mana kita akan menjelajah..
Gambar 2 : Miniatur Gunung Merapi
Dokumentasi pribadi
Di
lantai 1 akan kita temui beberapa display
dan atau miniatur yang berisi tentang dampak dari gunung merapi, titik –
titik gunung merapi di Indonesia, hingga lukisan yang dibuat oleh seniman untuk
menggambarkan nilai filosofis gunung merapi. Di lantai 1 ini saya dapat melihat
betapa pilunya perasaan warga sekitar ketika bencana gunung meletus melanda.
Namun ada sisi positif lain yang dapat ditimbulkan oleh bencana tersebut
diantaranya, area persawahan sekitar menjadi subur, dan akibat letusan larva
dari gunung merapi, larva tersebut berubah menjadi pasir – pasir yang kemudian dapat
dimanfaatkan oleh warga sebagai tambang pasir. Di lantai 1 ini juga saya baru mengetahui ternyata ada
sebuah keterkaitan antara Gunung Merapi, Tugu Jogja, Keraton, Panggung Krapyak hingga
Pantai Selatan. Terdapat sebuah koordinat lurus dari beberapa obyek tersebut,
mitosnya kekuatan mistis Jogja terletak pada Gunung Merapi dan Pantai Selatan, kekuatan
tersebutlah yang membuat dahulunya kerajaan Mataram Kuno ditakuti oleh kerajaan
– kerajaan lainnya pada saat itu. Karena mengetahui hal tersebut Belanda yang
pada saat itu menjadi penjajah di tanah Mataram (Jogja) membuat sebuah bangunan
Panggung Krapyak untuk menghilangkan kekuatan magis tersebut yang berada di
tengah di Gunung Merapi dan Pantai Selatan. Sungguh mitos yang menarik bagi
saya.
Gambar 3 : Rumah warga sekitar pasca letusan
Dokumentasi pribadi
Gambar 4 : Lukisan seorang seniman & petani
Dokumentasi pribadi
Gambar 5 : Gambar sumbu simetris
Dokumentasi pribadi
Setelah
puas menjelajah di lantai 1, saya mencoba menjelajah ke lantai 2, tidak jauh
berbeda dengan apa yang saya temui di lantai 1, tentang Gunung Merapi. Namun yang
membuat saya kagum adalah ketika saya menemukan alat peraga tsunami dan gempa
bumi, awalnya saya berpikir bahwa alat tersebut tidak boleh disentuh/pegang. Namun
karena telah membaca instruksi yang berada pada alat tersebut saya memberanikan
diri untuk mencoba menyalakan simulator tsunami dan gempa bumi. Seketika saya
merasa kaget karena efek bunyi gemuruh yang ditimbulkan oleh alat tersebut, untuk
teman – teman yang baru pertama kali ke sana saran saya tetaplah tenang ketika
mendengar bunyi atau efek gemuruh yang ditimbulkan oleh alat peraga tersebut. Karena
hal tersebut tidak berpengaruh apa – apa terhadap kita. Kabar buruknya, di
lantai 2 ini terdapat beberapa kerusakan gedung yang belum sempat di renovasi,
seperti contohnya langit – langit gedung.
Gambar 6 : Kerusakan yang terjadi pada langit – langit gedung
Dokumentasi pribadi
Tak
terasa penjelajahan saya di lantai 2 pun sudah paripurna, manusiawi rasanya jika saya ingin buang air
setelah menjelajahi MGM cukup lama. Saya mencoba menuju kamar mandi, dan ada
catatan baik bagi saya terhadap pengelola museum ini, di tempat ini kamar mandi
/ wc nya sangat bersih dan wangi, saya mengapresiasi langkah pengelola dalam
hal ini. Ini menimbulkan kesan nyaman bagi para pengunjung.
Gambar 7 : Kloset pria
Dokumentasi pribadi
Gambar 8
: Kamar mandi pria
Dokumentasi
pribadi
Gambar 9
: Kursi roda
Dokumentasi
pribadi
Saya menilai, peran pemangku
kepentingan terkait museum ini dirasa baik, untuk kaliber pengelolaan yang
ditangani oleh pemerintahan. Walaupun tidak dapat dipungkiri masih banyak
kerusakan – kerusakan yang harus dibenahi. Terlepas dari situ saya
mengapresiasi tindakan yang dilakukan oleh pengelola. Poin penting yang akan
saya garis bawahi ialah, pengelola juga memperhatikan pengunjung disabilitas
dengan menyediakan kursi roda sebagai alat bantu. Sebagai tambahan untuk sebuah
institusi pendidikan yang ingin berkunjung ke destinasi wisata ini, anda dapat
mengajukan proposal untuk mendapatkan bus gratis yang disediakan oleh Dinas
Kab. Sleman. Just info, untuk tiket
masuk anda cukup membayar Rp 5.000,-. Murah bukan?
Berikutnya museum kedua yang saya
akan review adalah Ullen Sentalu. Overview
tentang Museum Ullen Sentalu adalah museum yang berisi tentang sejarah kerajaan
Mataram Islam yang divisualisasikan dengan lukisan dan benda – benda
peninggalan raja maupun ratu Jogja - Solo. Museum ini dikelola oleh pihak swasta.
Tidak banyak yang saya bisa ulas di museum ini karena di museum ini tidak
diperkenankan untuk memotret atau mendokumentasikan benda – benda yang terdapat
dalam museum ini. Namun saya berusaha mencoba menuliskan apa yang masih melekat
pada ingatan saya.
Hal
yang pertama saya bahas adalah tentang silsilah Kerajaan Mataram Islam,
dahulunya Kerajaan Jogja & Solo menjadi satu dibawah payung Kerajaan
Mataram Islam. Namun dikarenakan adanya perjanjian Giyanti & Salatiga
akhirya mereka melebur menjadi 4 kerajaan, yakni Kasultanan, Pakualaman, Kasunanan,
dan Mangkunegaran. Jogja sendiri memiliki kerajaan besar yang disebut Kasultanan
dan kerajaan kecil yang disebut Pakualaman, kemudian jika di Solo kerajaan
Besar disebut Kasunanan, dan kerajaan kecil disebut Mangkunegaran.
Aspek
berikutnya yang saya ingat adalah tentang motif batik Solo dan Jogja yang
memiliki karakteristiknya masing - masing. Batik Solo memiliki karakter warna coklat
yang agak gelap dengan motif yang cenderung kecil, hal ini menimbulkan kesan
feminim bagi batik Solo. Beberapa motif diantaranya ialah Parang Cantel, yang
memiliki filosofi dengan dipakainya batik ini oleh seorang gadis, diharapkan
ada laki – laki yang terpikat olehnya. Berbeda dengan batik Solo, batik Jogja
memiliki kekhasannya sendiri. Berwarna coklat terang dan memiliki motif yang
besar menyimbolkan kesan gagah pada batik ini. Salah satu contoh motifnya ialah
motif kawung, motif ini berarti suwung, kosong, sunyi, suci, batik ini biasa
digunakan untuk menutup jenazah, dengan harapan agar jenazah yang ditutupi kain
ini dapat bisa kembali suci.
Figur
yang menjadi sorotan dalam benak saya adalah Gusti Nurul, Yang membuat saya
kaget ialah ia menolak 3 tokoh bangsawan Indonesia, yakni Sutan Sjahrir, Sri
Sultan HB IX, dan Ir. Soekarno. Dapat dibayangkan betapa cantiknya Gusti Nurul,
namun pada akhirnya Gusti Nurul menikah dengan seorang ABRI dan meninggal pada
usia 80 tahun.
Setelah
sekitar 35 menit menjelajah museum, tiba saat kami untuk istirahat di ruang
yang telah disediakan untuk para pengunjung, di ruang itu kami di berikann
jamuan berupa wedang ratu mas, menurut guide
yang mengarahkan kami, resep wedang tersebut langsung dibuat oleh Ratu Mas
(Istri Sri Sultan HB X), dan dipercaya dengan meminum wedang itu kita dapat menjadi
awet muda. Oia, diruang istirahat ini kita diberikan untuk dapat berfoto atau
mengambil gambar. Namun hanya dibatasi pada ruangan itu saja.
Museum
swasta ini saya pikir memiliki pengelolaan yang lebih baik, dibanding dengan
museum yang didirikan oleh pihak pemerintah. Saya pikir Wedang Ratu Mas adalah
salah satu add value, selain dari
fasilitas yang ada untuk membuat para pengunjung ingin kembali kesana. Harus
disadari masing – masing museum memiliki nilai plus-minusnya, mungkin poin minus
pada museum ini adalah dari segi harga, untuk dapat memasuki museum Ullen
Sentalu anda harus merogoh kocek sebesar Rp 30.000,- (include wedang, educator
guide, and free parking).
Gambar 10 : Patung selamat datang
Dokumentasi pribadi
Saya
sangat merekomendasikan teman – teman yang belum pernah mengunjungi destinasi
wisata ini untuk dapat mengunjunginya, saya pribadi mengalami pengalaman yang
baru dalam hidup saya tentang wisata kemuseuman. Kaliurang patut berbangga memiliki harta ini !
Komentar
Posting Komentar